Kamis, 19 Januari 2012


Cegah Pernikahan Dini

Fungsikan Keberadaan PIK KKR di Sekolah

Maraknya pernikahan dini di kalangan pelajar belakangan ini menjadi penyebab banyaknya anak-anak putus sekolah. Dampaknya, cita-cita dan harapannya harus putus di tengah jalan.

Mencegah hal tersebut, sosialisasi untuk menghindarkan terjadinya pernikahan dini harus terus dilakukan. Salah satunya melalui Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan (PIK) Reproduksi Remaja (KRR) di sekolah.

“Sosialisasi terhadap pelajar SMA akan menjadi lebih efektif melalui PIK KRR, karena yang menjadi konselornya adalah teman sebaya,” kata pemerhati pendidikan Kapuas Hulu, Sulaiman Iskandar, kemarin.

Menurutnya, remaja lebih cenderung terbuka kepada teman-temannya, ketimbang kepada guru. Sehingga permasalahan yang muncul setidaknya bisa diselesaikan melalui proses konseling bersama temannya sendiri. “Untuk membekali pengetahuan remaja, kita juga memberikan penyuluhan mengenai pernikahan dini kepada setiap konselor. Narasumbernya bisa didatangkan dari pihak kepolisian dan kesehatan,” sarannya.

Kasus pernikahan dini, khususnya di SMA Kapuas Hulu, menurut Sulaiman, hampir selalu terjadi setiap tahunnya. Bila dirata-ratakan setiap tahunnya ada dua kasus yang terjadi dengan berbagai macam latar belakang. Siswa yang menjalani pernikahan dini juga tidak selalu berasal dari kelas yang tinggi maupun dari kelas rendah.

“Hal ini bisa kita anggap sebagai penyakit.  Bila dibiarkan bisa berpengaruh pada siswa lainnya. Artinya setiap tahunnya malah lebih banyak siswa yang memilih menikah pada usia sekolah,” jelasnya.

Sulaiman mengungkapkan, latar belakang terjadinya pernikahan dini di usia sekolah bisa bermacam-macam. Bisa karena pergaulan sehari-hari, lingkungan, faktor orang tua, ekonomi maupun karena pengaruh media. Namun dari sekian kasus tersebut, lingkungan yang paling sering mendominasi terjadinya pernikahan dini.

“Tidak selalu karena kehamilan di luar pernikahan, namun juga karena kebutuhan akan adanya pacaran yang menyebabkan siswa berkeinginan melanjutkan ke jenjang pernikahan,” katanya.

Rasa aman dan nyaman yang diberikan pasangannya saat berpacaran juga menjadi salah satu faktor siswa memilih untuk menikah. Walaupun secara umur masih sangat muda. Kendati demikian, dia menampik bila di SMA di Kapuas Hulu ada yang menikah muda karena kehamilan di luar pernikahan.

Oleh karena itu, tambah Sulaiman, PIK KRR bisa membantu mensosialisasikan pernikahan dini terhadap siswa di sekolahnya. Karena menurutnya, keberadaan PIK KRR bisa sangat membantu termasuk dalam upaya peningkatan hasil belajar.

Selain PIK KRR, peran aktivitas luar sekolah seperti ekstrakurikuler dapat membantu menekan angka pernikahan dini remaja. Karena siswa memiliki aktivitas yang lebih dan positif untuk mengembangkan kepribadian dan bakatnya.

“Di luar dan di rumah menjadi tanggung jawab bersama. Meskipun orangtua dan lingkungan sangat menentukan,”